Minggu, 24 Oktober 2010

Gaya hidup dan Ideologi Punk

Psikolog asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan akan kelaparan pengetahuannya dengan 2 cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungan dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional ( sains ). Kedua, mengatur ulang lingkunga terdekatnya dengan membuat sesuatu yang baru ( seni ).
Dengan definisi diatas, Punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Pola pikir dan para pendahulu Punk, mirip para pendahulu gerakan seni Avant-Grade, yaitu dandanan 'nyeleneh', mengaburkan batasan penglihatan antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil ( performer ) yang berkualitas rendah, mereorganisasi atau bahkan mendisorganisasi kemampanan dalam hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal bahwa hebohnya penampilan harus disertai hebohnya pemikiran.
Punk selanjutnya berkembang dari buah kekecewaan musisi rock kelas bawah yang mana pada saat itu industri musik di dominasi oleh musisi rock yang mapan, seperti The Beatles, Rolling Stones dan Elvis Presley. Musik Punk tidak memainkan nada-nada rock dengan teknik tinggi atau lirik-lirik cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu Punk lebih mirip sebuah teriakan protes demosntran terhadap kejamnya dunia. Lirik-lirik lagu Punk menceritakan rasa frustasi, kemarahan, kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Sehingga musik Punk dicap sebagai msuik Rock 'n Roll yang beraliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan untuk mengorbitkan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar